Pemutus Rantai Tikus Berdasi

Sumber : Gambar dari google

Pengambilan aset negara yang bukan milik pribadi disebut juga korupsi. Korupsi membawa malapetaka besar bagi bangsa Indonesia. Membuat kekayaan negeri ini terkikis oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab. Jika tidak ada penanganan lebih lanjut terhadap oknum koruptor, bisa jadi akan membawa bencana luar biasa bagi negara.

Survei membuktikan Jakarta merupakan kotaterkorup di Indonesia, dan yang lebih mencengangkan lagi, Indonesia menduduki peringkat kelima Negara terkorup di dunia. Sungguh sangat memprihatinkan, survei ini membuat hati tersayat-sayat saat mengetahui hal tersebut. Ibu kota negara yang menjadi pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi menjadi tempat paling rentan akan tindak kriminalitas dan menjadi lahan subur bagi para koruptor. Ini merupakan permasalahan serius yang tidak dapat diremehkan. Jangan sampai semakin maju perekonomian suatu negara, semakin tinggi pula tingkat korupsi dinegara tersebut.

Semakin maraknya kasus korupsi di bumi pertiwi ini, menimbulkan kegelisahan yang mendalam dan membuat masyarakat geram. Mungkin kita hanya sekadar mendengar dan melihat dari media massa kisah kasus korupsi yang tak kunjung usai. Jika dikupas tuntas, tak hanya satu atau dua orang yang terlibat, tetapi puluhan bahkan ratusan ‘tikus-tikus berdasi’ yang tak bermoral itu tega menggelapkan milyaran rupiah uang negara.

Tindakan yang sangat merugikan rakyat hanya dibayar dengan denda dan ganjaran beberapa tahun penjara saja, rasanya tidak cukup untuk dapat mengembalikan kepercayaan dan uang negara yang telah mereka habiskan samata-mata hanya untuk kenikmatan pribadi. Dimanakah hati nurani mereka? Apakah mereka tidak memikirkan nasib rakyat kecil?

Korupsi seperti virus yang semakin lama terus mewabah, banyak orang tertular dan terjangkit virus tersebut. Kebanyakan orang ketika “dibawah” mengatakan tidak akan terjangkit virus itu, tetapi kenyataannya jika sudah “diatas” bisa lupa diri dan tidak memikirkan orang lain.

Tidak hanya di kalangan petinggi negara, penggelapan uang sekarang ini sudah marak terjadi dimana-mana. Di pemerintahan daerah, perkantoran, dalam organisasi dan perdagangan. Sudah jadi rahasia umum, sekarang ini korupsi dilakukan secara terbuka di depan umum. Sungguh disayangkan, betapa bobroknya akhlak negeri ini.

Efek domino tindak korupsi bagi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. Korupsi mengakibatkan keadaan ekonomi negara semakin merosot, dan kesejahteraan masyarakat terabaikan. “Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin”. Jadi bukan hanya masalah rakyat bawah saja yang masih harus dibenahi, tetapi dari pemerintahannya sendiri. Bagaimana caranya agar kasus korupsi tidak merajalela di negeri ini?

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan tugas yang telah diembannya, demikian pula dengan tindakan pemerintah dalam usaha memberantas korupsi. Namun tetap saja, hukum masih belum cukup mampu dalam menangani kasus ini. Beberapa koruptor yang telah diproses pidana mendapat perlakuan istimewa. Sanksi yang didapat tidak sepadan dengan apa yang telah dilakukannya. Terkurung dalam jeruji besi tetapi berfasilitas seperti hotel berbintang lima. Para pejabat korup ini dapat seenaknya keluar masuk bui.

Belum lagi oknum koruptor lain di luar sana yang masih berkeliaran bebas. Jika tidak cepat ditangani, korupsi akan semakin menjamur sampai ke pelosok negeri. Jika rohani kita tidak kuat menerjang godaan lembaran-lembaran berharga atau barang-barang mewah maka kita dapat menjadi korban yang terpengaruh korupsi dan bukan tidak mungkin menjadi pelaku korupsi. Apakah usaha yang dapat kita lakukan agar generasi muda tidak menjadi ‘tikus-tikus berdasi’?

Pendidikan di keluarga menjadi titik dasar peletak moral dan akhlak bagi anak. Peran orang tua disini sangat penting dalam mendidik dan mengawasi anak. Mengajarkan anak hidup jujur, terbuka, dan taat pada nilai-nilai agama. Begitu juga di sekolah, anak-anak diajarkan untuk mandiri dalam mengerjakan tugas dan tidak mencontek. Mencontek adalah mengambil jawaban orang lain, ini dapat menjadi bibit awal tindakan korupsi. Sikap jujur amat diperlukan untuk memupuk generasi muda menjadi penerus bangsa agar memiliki mental pemimpin yang amanah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dikemudian hari.

Korupsi merupakan sebagian kecil dari berbagai kejahatan yang ada dimuka bumi ini. Namun jika dibiarkan, akan terus menyeruak dan takkan ada habisnya. Tak dapat dipungkiri, ini merupakan momok besar bagi bangsa yang patut kita perangi karena dapat merusak moral bangsa dan membuat bangsa miskin. Mau jadi apa negeri ini jika para petinggi negara terus bersandiwara, menutupi satu kebohongan demi kebohongan lain?

Kini saatnya kita generasi penerus bangsa memperkuat iman, belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh agar dapat menjadi pemimpin-pemimpin negara yang berakhlak mulia dan mandraguna. Mempersiapkan diri untuk membenahi dan membangun Indonesia yang telah puluhan tahun merdeka dan telah menjadi negara berkembang. Hendaknya tidak hanya berkembang dalam “berternak tikus-tikus berdasi” namun sebaliknya kita harus “membasmi tikus-tikus yang mengerat” hak rakyat.

Jadilah pemimpin-pemimpin negeri yang berkualitas, dengan mengedepankan kepentingan rakyat. Tidak hanya pemimpin yang disegani tetapi juga dapat mengayomi rakyat. Jadi tugas kita sebagai generasi muda, megoptimalkan sumber daya di bumi pertiwi dengan bijaksana. Jika kita yakin dan bersungguh-sungguh kita pasti dapat mewujudkan impian kita dan memajukan tanah air tercinta ini. Bangun pemerintahan yang transparan dan putuskan rantai “tikus-tikus berdasi” yang tak bertanggung jawab untuk menjadi “Indonesia yang Bermartabat dan Berkarakter”.

Oleh : Ayu Pamanis

Postingan populer dari blog ini

Jangan Salah Pilih

Membangun Mitra demi Kelangsungan Media